Kamis, 14 November 2019

MENGAPA YANG DIPERINGATI ITU MAULIDNYA NABI KOK TIDAK HAULNYA NABI?

Mengapa yang di peringati itu maulidnya nabi kok tidak haulnya nabi? Karena sejatinya nabi itu tidak wafat melainkan marfu'un ila makanil 'ulya,

Nabi muhammad sendiri itu memilki irhas(tanda kenabian)baik sebelum di lahirkan maupun sesudah di lahirkan.Karena nabi Muhammad itu merupakan nabi yang d utus sebagai rohmatal lil'alamin, sebelum Allah menciptakan dunia ini Allah terlebih dahulu menciptakan  nur Muhammad, jadi Allah menciptakan dunia ini karena sebab Nabi SAW di ciptakan


kemudian ketika nabi mau di lahirkan, dunia ini menyambut dengan penuh kegembiraan,binatang binatang bersuka ria dan seluruh makhluk menyambut kelahiran nabi muhammad SAW itu sebelum irhas nabi sebelum di lahirkan.


Bahkan nabi ketika mau dilahirkan pun muncul irhas seperti siti aminah tidak merasakaan beban,nabi di lahirkan bersih dri darah,sudah di khitan,sudah di potong pusarnya dan di bidani oleh dewi asiyah dan dewi maryam


Setelah beliau di lahirkan banyak sekali irhas yang terjadi misal:siti halimah air susunya menjadi lancar,perekonomian beliau semakin pesat,dan hati nabi di cuci oleh para malaikat ketika nabi bermain bersama teman2 nya dan masih bnyak lagi,Itulah betapa agungnya Nabi SAW yang begitu bnyak kejadian yang tidak bisa di terima dengan akal manusia itulah kejadian yang perlu kita imani perlu kita kenang untuk menambah iman kita kepada Nabi,semoga kita semua di akui menjadi umatnya dan berhak mendapatkan syafaatnya Aamiiin ya robbal 'alamin

Rabu, 13 November 2019

AL MUNIRI BERSHOLAWAT DALAM RANGKA PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW.

Hadirilah
Almuniri bersholawat dalam rangka peringatan maulid nabi muhammad saw.
Bersama
Ust M. Luthfi Asrori dari Blora Jawa Tengah

Jumat, 08 November 2019

Almuniri berduka atas meninggalnya kang supri santri yang tekun dan rajin dalam beribadah

إِنَّا لِلّهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون
telah berpulang kerahmatulloh salah satu Santri Pondok Pesantren Nurul Islam Al Muniri kendal/Sumbertlaseh - Dander - Bojonegoro, Rabu malem kamis legi kurang lebih pukul 21:00 WIB di Rumah Sakit Umum Bojonegoro,
Sedikit cerita mengenai keseharian kang suprianto di Pondok Pesantren Nurul Islam Al Muniri
Kang suprianto atau lebih akrabnya dipanggil kang supri, adalah salah satu santri Pondok Pesantren Nurul Islam Al Muniri yang sangat rajin dan tekun dalam beribadah.
Selama dipondok pesantren kang supri insyaallah sangat patuh dengan peraturan pesantren, bahkan tidak pernah punya kasus selama mondok, kang supri insyaallah anaknya juga istiqomah dalam menjalankan puasa sunah senin dan kamis, kang supri adalah abdi dalem, yang bantu bersih2 di masjid jami' assalafiyah tiap sore, dan tiap malam bakda ngaji Diniyah Kang supri juga jaga warung dipondok pesantren, bahkan setiap habis jaga warung kang supri selalu muroja'ah (mengulang/mempelajari pelajaran), kang supri kalau ikut ndalem khidmah sekali.
Semoga amal ibadahnya diterima disisinya dan diampuni segala kesalahannya amiin amiin ya robbal alamiin...

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ, مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْر ِوَعَذَابِ النَّارِ.

اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ وَاجْعَلِ الْجَنَّةَ مَثْوَاهُ.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ قَبْرَهُ رَوْضَةً مِنْ رِيَاضِ الجِنَانِ وَلاَ تَجْعَلْ قَبْرَهُ حُفْرَةً مِنْ حُفَرِ النِيْرانِ.

*آمِـيْنَ... آمِيْنَ... آمِيْنَ... يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ*

#selamatjalankangsupri #kangsupri #santrikendal #abdidalem #khusnulkhotimah



Rebo wekasan dalam pandangan islam

REBO WEKASAN DALAM PANDANGAN ISLAM

Rebo wekasan atau pungkasan adalah hari rabu terakhir bulan shafar yang saat ini jatuh pada hari rabo legi, 23 Oktober 2018 Sebagian ulama ahli kasyf mengatakan bahwa pada hari itu diturunkan beberapa macam bala’.

Shalat dilaksanakan empat raka’at, dengan dua salam, dengan niat,

أُصَلِّيْ سُنَّةَ لدفع البلاء ركعتين لله تعالى الله اكبر
Atau
اصلي سنة ليوم الأربعاء من اخر الشهر الصفر لدفع البلاء ركعتين لله تعالى الله اكبر

Setelah membaca Al-Fatihah, kemudian membaca Surat Al-Kautsar 17x, Surat Al-Ikhlash 5x, Surat Al-Falaq 1x dan Surat An-Nas 1x. Hal ini dilakukan tiap rakaat. Artinya tiap rakaat membaca semua surat tersebut.

Selesai shalat empat rakaat, kemudian membaca wirid ini,
-استغفر الله العظيم لي ولوالدي وللمؤمنين والمؤمنات 75x
-سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله والله اكبر ، ولا حولا ولا قوة الا باالله العلي العظيم 75x
-لا حولا ولا قوة الا باالله العلي العظيم  363x
-لااله الا الله 165x محمد رسول الله
-صلى الله على محمد300x
Kemudian membaca do'a :

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Tata cara ini ada di kitab Kanzun Najah Was-surur Karya Syeikh Abdul Hamid Qudus, dan Dinuqil dalam kitab Nubdzatul Anwar.

Rabu Wekasan (Jawa: Rebo Wekasan) adalah tradisi ritual yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, guna memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut. Tradisi ini sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lain sebagainya.

Bentuk ritual Rebo Wekasan meliputi empat hal,
(1) Shalat tolak bala’
(2) Berdoa dengan doa-doa tertentu
(3) Minum air salãmah, dan
(4) Selamatan, sedekah, shilaturrahim, dan berbuat baik kepada sesama.

Asal-usul tradisi ini bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab “Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf’il ‘Abid Wa Qam’i Kulli Jabbar ‘Anid (biasa disebut Mujarrabat Ad-Dairobi). Anjuran serupa juga terdapat pada kitab: ”Al-Jawahir Al-Khams” karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-‘Atthar (w. th 970 H), Hasyiyah As-Sittin, dan sebagainya.

Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan bahwa salah seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) mengatakan bahwa dalam setiap tahun pada Rabu terakhir Bulan Shafar, Allah menurunkan 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam bala’ dalam satu malam. Oleh karena itu, beliau menyarankan Umat Islam untuk shalat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala’ tersebut.

Tata-caranya adalah shalat 4 Rakaat. Setiap rakaat membaca surat Al-Fatihah dan Surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq dan An-Nas 1 kali. Kemudian setelah salam membaca doa khusus yang dibaca sebanyak 3 kali. Waktunya dilakukan pada pagi hari (waktu Dhuha) atau malamnya.


Mengenai indikasi adanya kesialan pada akhir bulan Shafar, seperti peristiwa angin topan yang memusnahkan Kaum ‘Aad (QS. Al-Qamar: 18-20), maka itu hanya satu peristiwa saja dan tidak terjadi terus-menerus.
Karena banyak peristiwa baik yang juga terjadi pada Rabu terakhir Bulan Shafar, seperti penemuan air Zamzam di Masjidil Haram, penemuan sumber air oleh Sunan Giri di Gresik, dan sebagainya.
Kemudian, betapa banyak orang yang selamat (tidak tertimpa musibah) pada Hari Rabu terakhir bulan Shafar, meskipun mereka tidak shalat Rebo Wekasan.
Sebaliknya, betapa banyak musibah yang justru terjadi pada hari Kamis, Jum’at, Sabtu, dan sebagainya (selain Rabu Wekasan) dan juga pada bulan-bulan selain Bulan Shafar. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya musibah atau malapetaka adalah urusan Allah, yang tentu saja berkorelasi dengan sebab-sebab yang dibuat oleh manusia itu sendiri. Mengenai cuaca ekstrim yang terjadi di bulan ini (Shafar), maka itu adalah siklus tahunan. Itu adalah fenomena alam yang bersifat alamiyyah (Sunnatullah) dan terjadi setiap tahun selama satu bulanan (bukan hanya terjadi pada Hari Rabu Wekasan saja).

Intinya, suatu hari yg bernama “Rebo Wekasan” tidak akan mampu membuat bencana apapun tanpa seizin Allah.

Wallahu A’lam.


Hari Santri Nasional 2019

22 DAWUH KH. MAIMOEN ZUBAIR DI HARI SANTRI 22 OKTOBER 2017

1. Ana urid, wa anta turid wallahu yaf’alu ma yurid. Kamu punya keinginan, saya juga punya keinginan, tapi yang berlaku adalah keinginan Allah.

2. Jangan (hanya) rame-rame Hari Santri, tapi bangunlah kesantrian.

3. Ayah saya Kiai Zubair bukan pengurus PBNU, tapi Wakil Rais Akbar KH. Faqih Maskumambang selalu didampingi ayah saya.

4. Ayah saya sejak kecil mengajarkan saya rasa nasionalisme. Jangan tinggalkan Islam, tapi hubbul wathon minal iman.

5. NU itu tersusun dari 12 huruf. Lambangnya bola dunia, pada wilayah Indonesia diiputi huruf “Dhad”, “Dhad” itu menunjukan kesempurnaan Rasulullah Saw., yaitu "أنا أفصح من نطق بالضاد" (ana afshahu man nathaqa bid-dhad), aku adalah orang yang paling fasih melafalkan huruf Dhad.

6. NU tidak bisa dipisahkan dengan negara. Resolusi Jihad di bulan Oktober membuahkan hasil Hari Pahlawan 10 November. Bila tidak ada Jihad 22 Oktober di Surabaya, maka November barangkali tidak dijadikan hari pahlawan.

7. Bulan Oktober bulan yang kesepuluh, seorang anak 10 tahun akan dipukul manakala ia tidak shalat.

8. Hari Santri 22 Oktober itu istimewa, sebab; 1) Rasulullah Saw. membangun masjid Quba dalam perjalanan hijrah juga pada bulan Oktober, yaitu 1 Oktober. Al-Quran menyebutnya “La masjidun ussisa ‘alat taqwa min awwali yaumin an taquma fih”, 2) Orang Quraisy kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas, yaitu Rihlatasy-Syita. Syita itu ketika matahari berada di selatan katulistiwa, Oktober ada di dalamnya. Buruj sebelah utara ada 6: hamal, tsaur, jauza, sarathan, asad, dan sunbulah. Di selatan juga 6: mizan, aqrab, qaus, jady, dalw, dan hut.

9. Indonesia itu istimewa, hari kemerdekaannya 17 Agustus/8 Ramadhan, sementara Rasulullah diangkat menjadi Nabi 17 Ramadhan/8 Agustus, kali pertama menerima wahyu.

10. Tanggal 17 mengisyaratkan 17 rakaat dan 17 rukun shalat. Bulan Agustus atau bulan kedelapan mengisyaratkan dekatnya seorang hamba dengan Allah, maksudnya manakala dia sujud, ia meletakkan 7 anggota badannya, ditambah 1 hati yang tawajjuh ke hadirat Allah. Inilah posisi terbaik seorang hamba kepada Tuhannya. Hati ini bilamana baik maka baik pula seluruh amalnya, bila buruk buruk pula semuanya.

11. Angka delapan menjelaskan sebagai tolaknya neraka dan sebabnya masuk surga. Mbah Maimun menjelaskan tentang tujuh penolak neraka yang ada dalam anggota sujud meliputi: jidat, kedua tangan, kedua lutut, dan kedua kaki. “Tujuh ini sebagai penolak neraka, karena pintu neraka ada tujuh,” ujarnya. “Ditambah satu lagi, jika kita ingin masuk surga harus ingat sama Allah. Jadi jumlahnya genap delapan, karena delapan ini merupakan jumlah pintu surga.”

12. Tahun 45 itu bagaikan 5 jari, yang mana 4 menjadi pilar, dan akan sempurna dengan adanya 5. Makan bisa saja menggunakan jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking, namun akan sulit jika tidak ada jempolnya.

13. Angka 45, bahwa setiap orang Islam harus membaca syahadat empat kali, dan lima kali. Malam empat kali, Maghrib dan Isya. Sedangkan siang hari lima kali, Shubuh, Zhuhur, dan Ashar. “Jadi ini menunjukkan bahwa negara Islam itu tidak ada, yang ada adalah negara mayoritas Islam, yakni Indonesia.”

14. Ka’bah itu berdiri kokoh di atas 4 pilar. Indonesia pun mempunyai 4 pilar, yaitu PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar).

15. Dulunya Indonesia terkotak-kotak dengan negara-negara bagian, kini Indonesia bisa bersatu karena 4 hal: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa, dan satu negara.

16. Indonesia akan menjadi baldatun thayyibatun bilamana memenuhi 4 hal, yaitu sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

17. Yang wajib diikuti itu adalah Rasulullah, ditambah dengan 4 khalifahnya. 'Alaikum bisunnatiy wa sunnatil khulafa-ir rasyidin.

18. Pilar Ka’bah ada 4, karenanya khilafah juga ada 4, yaitu: Khulafaurrasyidin (4 sahabat), Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah. Selebihnya tidak ada khilafah.

19. Indonesia itu bukan negara Islam, tapi dia disukai banyak non-muslim; begitu juga Rasulullah, beliau Muslim tapi disukai kelahirannya oleh Abu Lahab. Seorang Raja dari Mesir yang non-muslim, karena suka kepada Nabi, ia menghadiahi putri Mesir yang bernama Mariatul Qibtiyah kepada beliau untuk dijadikan sebagai istri.

20. Rasulullah itu keturunan Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim aslinya bukan orang Makkah. Nabi Ismail ibunya (Hajar) dari Mesir, namun menetap di Makkah. Maka Rasulullah mencintai Arab sebagai negaranya karena beliau orang Arab.

21. Maka kita orang Indonesia juga wajib mencintai negara kita. Hubbul wathon minal iman. Hal ini seakan terulang kembali, di jaman Sunan Ampel, Ubilai Khan seorang tokoh non-muslim, juga mencintai Islam. Begitu juga Holago Khan. Dan sekarang di Indonesia banyak non-muslim yang mencintai Islam.

22. Orang Arab itu budaya aslinya adalah jahalah (kebodohan), maskanah (kemiskinan), dan ummiyah (buta huruf), maka kehadiran Rasulullah di tengah-tengah mereka adalah membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

---------------

Pesan di atas disampaikan Mbah Maimoen Zubair dalam acara malam peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017 di UIN Walisongo Semarang. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Ponpes Fadlul Fadholan dengan Ma'had al-Jami'ah UIN Walisongo, atas inisiatif Dr. KH. Fadholan Musyaffa, Lc, MA.

Ada banyak yang disampaikan Mbah Maimoen, beliau menjelaskan tentang Hari Santri, ke-Indonesiaan, Taurat, Injil, al-Quran, sejarah bangsa-bangsa, sejarah Islam di Indonesia dan lain sebagainya. Yang paling penting adalah, Hari santri bukan cuma sekedar perayaan, tapi bagaimana menumbuhkan rasa kesantrian pada pribadi kita, seperti tawadhu, rajin ibadah, hormat pada yang tua, sederhana, dan sifat-sifat terpuji lainnya.

Wallahu a'lam bish-showab. Mohon maaf bilamana terdapat kesalahan dalam penulisan, baik isi maupun redaksi.

Selamat Hari Santri Nasional (HSN) 2019
#Santri_Unggul
#Indonesia_Makmur
#Santri_Indonesia
#Untuk_perdamaian_Dunia


Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri Gelar Taftisyul Kutub

Dokumentasi : Tim Media Madin Nurul Islam Al-Muniri Ahad, 2 Juni 2024 - Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri menyelenggarakan acara Taftis...