Kisah KH. Masluchan Sholih dan Ibunyai Hj. Nur Cholishoh adalah cerminan kesederhanaan dan ketulusan dalam berbagi yang patut dihargai. Kisah ini menggambarkan betapa besarnya perhatian dan pengabdian beliau berdua terhadap santri-santri di Pondok Pesantren Nurul Islam Al-Muniri.
Pada suatu bulan
Ramadan, di Pondok Pesantren Nurul Islam Al-Muniri, situasi sangat sibuk.
Santri-santri yang datang dari berbagai daerah memadati pondok, dan terkadang
terjadi kekurangan makanan akibat jumlah yang banyak.
Namun, dengan
semakin bertambahnya jumlah santri, muncul tantangan baru dalam menyediakan
makanan yang cukup untuk sahur dan berbuka. Meskipun upaya telah dilakukan
untuk mempersiapkan hidangan yang mencukupi, namun terkadang terjadi kekurangan
makanan akibat jumlah yang banyak.
Pada suatu hari,
situasi semakin mendesak ketika lauk yang seharusnya menjadi hidangan bagi sang
Kyai habis. Hal ini menjadi dilema bagi penulis sebagai penanggung jawab dapur
Pondok Pesantren. Di satu sisi, ada Kyai yang telah memberikan segala ilmu dan
kebaikan kepada santri-santri, dan di sisi lain, ada puluhan santri yang lapar
dan mengharapkan hidangan untuk sahur.
Dalam kebingungan, penulis memutuskan untuk menghadap kepada Kyai dan melaporkan keadaan tersebut. Dengan hati yang lapang, Kyai menerima laporan dengan sikap yang penuh pengertian. Beliau dengan bijak berpikir, bahwa santri-santri yang datang dari jauh membutuhkan makanan lebih dari pada dirinya sendiri.Tanpa ragu, tanpa kesal, dan tanpa keluhan, KH. Masluchan Sholih dan Ibunyai Hj. Nur Cholishoh rela hanya makan sambal sebagai lauk dalam sahur mereka. Mereka dengan ikhlas membagi rezeki yang ada untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan santri-santri yang menjadi tanggung jawab mereka. Tindakan ini menggambarkan kecintaan mereka terhadap para santri dan kepedulian mereka terhadap kesejahteraan dan kepuasan santri. Meskipun lauk yang tersedia sangat sederhana, sambal, mereka rela mengorbankan keinginan pribadi demi kebahagiaan dan kecukupan santri-santri yang berada di bawah asuhannya.
Kesederhanaan dan
keikhlasan KH. Masluchan Sholih dan Ibunyai Hj. Nur Cholishoh dalam berbagi
makanan ini memberikan pelajaran yang berharga tentang pentingnya berbuat baik
tanpa mengharapkan balasan. Mereka tidak pernah mengeluh atau merasa dirugikan
karena mereka melihat kebahagiaan dan kesejahteraan santri sebagai prioritas
utama.
Kisah ini menjadi
teladan bagi kita semua untuk menghargai dan berbagi dengan sesama. Melalui
perbuatan sederhana seperti ini, kita dapat menunjukkan rasa kasih sayang dan
perhatian kepada orang lain, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Semoga
perbuatan baik dan ketulusan hati seperti ini terus menerus menginspirasi kita
semua dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Amiin
Sehat selalu abah yai dan ibu nyai
BalasHapusKangen sama abah bunyai, sehat slalu abah yai dan ibu nyai
BalasHapus