Rabu, 18 Oktober 2023

Kisah Barokahnya Baju bekas KHM. Masluchan Sholih

Di Desa Pelem, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, hiduplah seorang santri bernama Ahmad. Ayah Ahmad adalah sosok yang keras kepala dan enggan melaksanakan ibadah sholat meskipun keluarganya menganjurkannya untuk melakukannya. Suatu hari, Ahmad pulang ke rumah setelah menyelesaikan tahap pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Islam Al Muniri yang dipimpin oleh Romo Yai Masluchan Sholih. Ahmad membawa pulang baju bekas dari Romo Yai tersebut. Baju itu memiliki keistimewaan tersendiri bagi Ahmad, karena Romo Yai Masluchan Sholih adalah seorang yang sangat dihormati dan dijadikan panutan dalam hidupnya.

Ketika ayah Ahmad melihat baju bekas Romo Yai Masluchan Sholih, ia merasa tertarik dan memutuskan untuk mencobanya. Tanpa disangka, sejak saat itu, ayah Ahmad sering mengalami mimpi yang menggambarkan Romo Yai Masluchan Sholih memerintahkan untuk melaksanakan sholat. Mimpi tersebut terjadi berulang kali dan semakin kuat menyeruak ke dalam pikiran ayah Ahmad. Mimpi-mimpi itu membuat ayah Ahmad terus teringat akan pesan-pesan Romo Yai Masluchan Sholih tentang pentingnya menjalankan ibadah sholat sebagai kewajiban seorang Muslim. Dia merasakan panggilan yang kuat dari dalam hatinya untuk mengubah sikapnya dan melaksanakan sholat dengan penuh keikhlasan. Seiring berjalannya waktu, pengaruh baju bekas Romo Yai Masluchan Sholih dan mimpi-mimpi yang mendorongnya untuk sholat, ayah Ahmad mulai berubah. Ia meninggalkan kebiasaan buruknya dan mulai melaksanakan sholat secara rutin. Ayah Ahmad menemukan kedamaian dalam ibadah dan merasakan kehadiran Allah yang memberi kekuatan dan petunjuk dalam hidupnya.

Namun, takdir berkata lain. Ketika ayah Ahmad mulai menikmati hidup barunya yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan, ia jatuh sakit. Meskipun demikian, ia tidak pernah melupakan tanggung jawabnya untuk melaksanakan sholat. Bahkan di tengah rasa sakit yang membelenggu tubuhnya, ia tetap melaksanakan ibadah dengan sepenuh hati dan khusyuk.

Saat ajal menjemput, ayah Ahmad dipanggil oleh Sang Pencipta dalam keadaan khusnul khotimah. Dia pergi dari dunia ini dengan hati yang bersih, menerima keberkahan yang ia dapatkan setelah memakai baju bekas Romo Yai Masluchan Sholih. Perjalanan hidupnya yang penuh perubahan dan taubat telah mengantarkannya kepada kebahagiaan yang abadi.

Kisah ini menjadi pelajaran bagi Ahmad, sang santri yang berdomisili di Desa Pelem. Ia merasa terinspirasi oleh perubahan yang dialami oleh ayahnya. Ahmad berkomitmen untuk mengikuti jejak ayahnya dan melanjutkan perjuangan spiritual yang telah dimulai oleh Romo Yai Masluchan Sholih. Ia bertekad untuk melaksanakan sholat dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, serta berbuat baik dalam kehidupannya sebagai penghormatan kepada ayahnya dan jasa-jasa Romo Yai Masluchan Sholih.

Pondok Pesantren Nurul Islam Al Muniri tetap menjadi tempat di mana pengajaran agama dan nilai-nilai kebaikan ditegakkan dengan kokoh. Kisah ayah Ahmad menjadi warisan berharga yang menginspirasi para santri untuk selalu mengedepankan kebaikan, mematuhi ajaran agama, dan menjalani kehidupan dengan khusnul khotimah seperti yang dicontohkan oleh Romo Yai Masluchan Sholih dan ayah Ahmad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri Gelar Taftisyul Kutub

Dokumentasi : Tim Media Madin Nurul Islam Al-Muniri Ahad, 2 Juni 2024 - Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri menyelenggarakan acara Taftis...