Dulu, ketika Ayah kang Luthfi Asrori (salah satu santri senior) meninggal, Kang luthfi Asrori kembali ke pondok setelah tujuh hari meninggalnya sang ayah, ia langsung mendapatkan pesan dari Abah (panggilan untuk KH Masluchan Sholih) yang dititipkan kepada Ibu Nyai Hj. Nur Kholishoh (istri KH Masluchan Sholih), memberitahu Kang Luthfi, "Kang Luthfi, pesan Abah untuk ibukmu adalah agar ibukmu berhati-hati dalam masalah iddah. Jangan sampai keluar rumah tanpa kepentingan yang mendesak. Di rumahmu ada kakakmu yang bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika ingin berbelanja, bisa meminta bantuan kakakmu. Jadi, dawuh Abah adalah jangan keluar rumah, terutama dengan tampilan yang cantik dan menggunakan wewangian. Mengapa begitu? Karena kasihan pada Ayahmu yang telah meninggal dunia dan mengalami siksaan di alam kubur akibat ibumu yang tidak menjaga dirinya dari iddah. Bahkan Mbah Yai Munir Adnan (mertua KH Masluchan Sholih) begitu hati-hati terhadap santrinya sampai memberi instruksi tidak boleh menggunakan sabun atau sampo yang wangi, karena itulah betapa seriusnya masalah iddah ini."
Kisah ini
menggambarkan kepedulian KH Masluchan terhadap masalah hukum fiqih, khususnya
terkait dengan iddah. Ia memberikan pesan penting kepada Ibunya Ustaz
Luthfi Asrori untuk menjaga diri dan
tidak melanggar aturan yang berlaku dalam iddah. KHM Masluchan juga menyoroti
pentingnya menjaga penampilan dan menggunakan wewangian yang wajar selama masa
iddah, mengingat konsekuensi yang dapat dialami oleh keluarga yang telah
meninggal dunia. Dalam hal ini, beliau juga mengutip Mbah Yai Munir Adnan,
mertuanya, yang juga sangat berhati-hati terhadap santrinya, sehingga tidak
memperbolehkan penggunaan sabun atau sampo yang wangi selama iddah.
Kisah ini
menggambarkan bahwa KH Masluchan adalah seorang pemimpin agama yang peduli
terhadap penegakan hukum fiqih dan kehidupan spiritual santrinya. Ia memberikan
nasihat kepada santrinya dengan tujuan melindungi mereka dari kesalahan yang
dapat membahayakan kehidupan akhirat mereka. Dalam pandangan KH Masluchan
Sholih, menjaga diri selama masa iddah adalah tanda kepedulian dan penghargaan
terhadap pasangan yang telah meninggal dunia, serta merupakan wujud kepatuhan
terhadap ajaran agama yang dianut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar