Minggu, 02 Juni 2024

Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri Gelar Taftisyul Kutub

Dokumentasi : Tim Media Madin Nurul Islam Al-Muniri

Ahad, 2 Juni 2024 - Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri menyelenggarakan acara Taftisyul Kutub pada hari ini. Acara dimulai pukul 20.00 WIB dengan seluruh santri berkumpul di mushola madrasah untuk mendapatkan pengarahan sekaligus sambutan dari panitia semester genap.

Ust. M. Bahrul Hikam selaku ketua panitia dalam sambutannya menekankan pentingnya kelengkapan kitab bagi setiap santri sebagai syarat untuk dapat mengikuti kegiatan ujian tulis (semesteran) yang akan dilaksanakan pada hari Jum'at mendatang. Setelah pengarahan selesai, seluruh santri kembali ke kelas masing-masing untuk dilakukan pengecekan kelengkapan kitabnya.

Taftisyul Kutub atau pengecekan kelengkapan kitab ini bertujuan memastikan bahwa semua kitab yang diajarkan di Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri sudah lengkap maknanya tanpa terkecuali. Jika kitab sudah dinyatakan lengkap maknanya, santri akan mendapatkan tanda tangan dan stempel dari dewan guru yang melakukan pengecekan.

Kegiatan ini berjalan dengan tertib dan lancar, serta mendapat antusiasme tinggi dari para santri. Dengan adanya kegiatan Taftisyul Kutub, madrasah berharap para santri dapat lebih disiplin dan bertanggung jawab terhadap perlengkapan belajarnya, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dalam ujian semester genap. 

Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kedisiplinan di kalangan santrinya melalui berbagai kegiatan yang mendukung proses pembelajaran.


**Kontak Media:**

Tim Media Madin Nurul Islam Al-Muniri  

Email: madin.almuniri09@gmail.com

Telepon: 0852 3292 9421

Jumat, 20 Oktober 2023

Abah Khan Sosok Yang Sangat Menghormati Habaib

Abah Yai adalah seorang yang sangat menghormati habaib dan selalu berusaha menjalankan ajaran agama dengan penuh keyakinan. Beliau menganggap habaib sebagai guru spiritual yang telah memberikan banyak petunjuk dan bimbingan dalam hidupnya. Oleh karena itu, setiap kali habaib meminta uang, Abah Yai selalu berusaha memberikannya tanpa ragu. Tidak jarang jumlah yang diminta oleh habaib tersebut terkadang juga cukup besar.

Namun, terkadang situasi ini menjadi sangat sulit bagi Abah Yai. Beliau adalah seorang yang hidup dengan sederhana dan memiliki tanggungan keluarga yang banyak. Uang yang beliau miliki seringkali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, setiap kali habaib meminta, Abah Yai akan berusaha dengan segala cara untuk memenuhi permintaan tersebut.

Meskipun Abah Yai merasa terbebani secara finansial, beliau selalu berpegang teguh pada keyakinannya bahwa memberikan bantuan kepada habaib adalah bagian dari ibadah dan pengabdian kepada Allah. beliau yakin bahwa Allah akan memberikan keberkahan dan kelancaran rezeki baginya dan keluarganya.

Setiap kali Abah Yai memberikan uang kepada habaib, hatinya dipenuhi dengan campuran perasaan khawatir dan pasrah. Namun, beliau selalu berusaha untuk menjaga keikhlasan dalam bantuan yang diberikannya. Beliau tidak mengharapkan penghargaan atau imbalan dari siapapun, termasuk habaib itu sendiri.

Seiring berjalannya waktu, Abah Yai terus diuji oleh Allah dengan berbagai cobaan dalam kehidupannya. Meskipun sering kali sulit, beliau tetap tegar dan berusaha untuk menerima setiap ujian dengan ikhlas. Beliau mengambil pelajaran dari pengalaman hidupnya bahwa keikhlasan dan ketulusan dalam berbuat baik kepada sesama adalah nilai yang sangat berharga di mata Allah.

Kesabaran dan ketulusan Abah Yai akhirnya mendapatkan hasilnya. Allah memberkahi keluarganya dengan kelancaran rezeki dan kebahagiaan yang melimpah. Abah Yai menyadari bahwa ujian-ujian yang dihadapinya adalah bagian dari proses pembentukan karakter dan kepercayaan yang lebih dalam kepada Allah.

Dalam perjalanan hidupnya, Abah Yai terus menghormati habaib dan tetap berusaha membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan. Beliau menjadi contoh bagi orang lain dalam menghadapi ujian hidup dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keagamaan yang diyakininya.

Kisah Abah Yai Masluchan mengajarkan kita tentang pentingnya ketulusan, keikhlasan, dan kepercayaan kepada Allah dalam menghadapi cobaan hidup. Meskipun terkadang sulit, dengan keyakinan yang teguh dan sikap yang baik, kita dapat melewati ujian-ujian tersebut dan mendapatkan berkah yang melimpah dari Allah.

Kisah KHM. Masluchan Sholih Bertemu Syeikh Abdul Qodir Al Jailani

Abah Yai Masluchan. Beliau adalah seorang yang sangat taat dalam menjalankan ibadah dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Salah satu kegemaran Abah Yai Masluchan adalah membaca manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jailani, seorang sufi terkenal yang merupakan salah satu tokoh agung dalam dunia tasawuf.

Hampir selama beliau masih nyantri, Abah Yai Masluchan sering sekali membaca manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jailani. Beliau  merasa begitu terpukau dengan kehidupan dan ajaran sang sufi yang begitu dalam dan penuh hikmah. Karena kecintaannya yang begitu besar kepada Syeikh Abdul Qodir al-Jailani, Abah Yai Masluchan berharap suatu hari nanti dapat bertemu dengan sosok sufi agung tersebut.

Suatu ketika, kesempatan itu akhirnya datang. Abah Yai Masluchan memiliki kesempatan untuk melakukan ibadah tawaf di Ka'bah di Makkah al-Mukarramah. Beliau merasa sangat gembira dan bersemangat, karena selama ini ia telah merindukan momen suci tersebut. Dalam perjalanan tawafnya, tiba-tiba Abah Yai Masluchan melihat sosok yang mengenakan jubah putih menemani dalam tawafnya. Bersama-sama beliau melangkahkan kaki mengelilingi Ka'bah.

Namun, setelah tawaf selesai, sosok berjubah putih tiba-tiba menghilang. Abah Yai Masluchan bingung dan heran, karena saat itu beliau tidak mengerti apa yang terjadi. Setelah menyelesaikan ibadah haji dan kembali ke tanah air, Abah Yai Masluchan merasa dirinya telah mengalami pengalaman spiritual yang luar biasa.

Beberapa waktu setelah kembali, Abah Yai Masluchan menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan Mbah Yai Kharis Adnan, yang merupakan gurunya dalam ilmu tasawuf. Ketika sowan, belum sempat bercerita, tiba-tiba Mbah Yai Charis Adnan bertanya kepada abah yai "Ketika kamu tawaf, ditemani oleh sosok berjubah putih, bukan?". Abah Yai Masluchan menjawab dengan penuh keheranan, "Iya, benar, tapi saya tidak mengenalnya"

Mbah Yai Charis Adnan tersenyum lembut dan berkata, "Sosok yang ditemani olehmu dalam tawaf itu adalah Syeikh Abdul Qodir al-Jailani sendiri." Mendengar kata-kata itu, hati Abah Yai Masluchan berbunga-bunga. Beliau merasa diberkahi dan diberi kesempatan yang luar biasa untuk berbagi momen sakral dengan tokoh besar dalam dunia tasawuf.

Sejak saat itu, kecintaan dan keikhlasan Abah Yai Masluchan dalam membaca manaqib Syeikh Abdul Qodir al-Jailani semakin mendalam. beliau selalu merasa terhubung dengan sang sufi agung dan berusaha menerapkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Kisahnya tentang pertemuan dengan Syeikh Abdul Qodir al-Jailani menjadi inspirasi bagi banyak orang, yang kemudian menumbuhkan kecintaan mereka terhadap tasawuf dan spiritualitas yang lebih dalam.

Pak Yai Masluchan Sosok Pecinta Ilmu Yang Luar Biasa

Kisah KHM. Masluchan Sholih adalah kisah seorang sosok pecinta ilmu yang luar biasa. Beliau memiliki pengetahuan yang luas, baik dalam ilmu umum maupun ilmu agama. Selain itu, beliau juga memiliki kemampuan mengajar bahasa Inggris, matematika, dan kitab-kitab kuning

KHM. Masluchan Sholih merupakan seorang yang tekun dan gigih dalam menuntut ilmu sepanjang hidupnya. Setiap kali beliau menerima ijazah (wiridan) dari gurunya, beliau selalu mencatatnya dengan rapih dalam lembaran kertas. Hal ini menunjukkan kesungguhan dan ketekunan beliau dalam menghargai setiap pengetahuan yang diterima.

Pada masa muda, KHM. Masluchan Sholih telah menunjukkan minat yang kuat terhadap ilmu pengetahuan. Beliau sering mengikuti berbagai pelatihan dan seminar untuk memperluas pengetahuannya. Beliau juga aktif menghadiri majelis ilmu dan berdiskusi dengan para ulama untuk mendalami pemahaman agama secara lebih dalam.

Selain keahliannya dalam ilmu agama, KHM. Masluchan Sholih juga memiliki kemampuan mengajar yang luar biasa. Beliau menjadi guru bahasa Inggris dan matematika di MA Abu Darrin. Murid-muridnya sangat mengagumi beliau karena kecerdasan dan kesabaran dalam menjelaskan materi pelajaran. Banyak dari murid-muridnya yang berhasil meraih prestasi gemilang berkat bimbingan dan inspirasi dari KHM. Masluchan Sholih.

Selama hidupnya, KHM. Masluchan Sholih juga banyak memberikan ceramah dan pengajian di masjid-masjid dan pesantren. Beliau selalu berusaha menyampaikan ilmu pengetahuan dan pesan-pesan agama dengan cara yang mudah dipahami oleh jama’ah. Banyak orang yang terinspirasi oleh khutbah dan ceramahnya yang penuh hikmah.

Kisah KHM. Masluchan Sholih merupakan teladan bagi kita semua untuk senantiasa bersemangat dalam menuntut ilmu dan berbagi pengetahuan kepada orang lain. Beliau adalah sosok yang tidak hanya menguasai berbagai bidang ilmu, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semangat beliau dalam mencatat setiap iajazah (wiridan) dari gurunya menunjukkan pentingnya menghargai dan menghormati ilmu yang diperoleh.

Dalam kisahnya, KHM. Masluchan Sholih memberikan inspirasi kepada generasi muda dan memberikan teladan bahwa dengan tekun dan gigih, kita dapat menguasai ilmu pengetahuan yang luas serta menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

KHM Masluchan Sholih Sosok Yang Peduli Terhadap Masalah Hukum Fiqih

Dulu, ketika Ayah kang Luthfi Asrori (salah satu santri senior) meninggal, Kang luthfi Asrori kembali ke pondok setelah tujuh hari meninggalnya sang ayah, ia langsung mendapatkan pesan dari Abah (panggilan untuk KH Masluchan Sholih) yang dititipkan kepada Ibu Nyai Hj. Nur Kholishoh (istri KH Masluchan Sholih), memberitahu Kang Luthfi, "Kang Luthfi, pesan Abah untuk ibukmu adalah agar ibukmu berhati-hati dalam masalah iddah. Jangan sampai keluar rumah tanpa kepentingan yang mendesak. Di rumahmu ada kakakmu yang bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika ingin berbelanja, bisa meminta bantuan kakakmu. Jadi, dawuh Abah adalah jangan keluar rumah, terutama dengan tampilan yang cantik dan menggunakan wewangian. Mengapa begitu? Karena kasihan pada Ayahmu yang telah meninggal dunia dan mengalami siksaan di alam kubur akibat ibumu yang tidak menjaga dirinya dari iddah. Bahkan Mbah Yai Munir Adnan (mertua KH Masluchan Sholih) begitu hati-hati terhadap santrinya sampai memberi instruksi tidak boleh menggunakan sabun atau sampo yang wangi, karena itulah betapa seriusnya masalah iddah ini."

Kisah ini menggambarkan kepedulian KH Masluchan terhadap masalah hukum fiqih, khususnya terkait dengan iddah. Ia memberikan pesan penting kepada Ibunya Ustaz Luthfi  Asrori untuk menjaga diri dan tidak melanggar aturan yang berlaku dalam iddah. KHM Masluchan juga menyoroti pentingnya menjaga penampilan dan menggunakan wewangian yang wajar selama masa iddah, mengingat konsekuensi yang dapat dialami oleh keluarga yang telah meninggal dunia. Dalam hal ini, beliau juga mengutip Mbah Yai Munir Adnan, mertuanya, yang juga sangat berhati-hati terhadap santrinya, sehingga tidak memperbolehkan penggunaan sabun atau sampo yang wangi selama iddah.

Kisah ini menggambarkan bahwa KH Masluchan adalah seorang pemimpin agama yang peduli terhadap penegakan hukum fiqih dan kehidupan spiritual santrinya. Ia memberikan nasihat kepada santrinya dengan tujuan melindungi mereka dari kesalahan yang dapat membahayakan kehidupan akhirat mereka. Dalam pandangan KH Masluchan Sholih, menjaga diri selama masa iddah adalah tanda kepedulian dan penghargaan terhadap pasangan yang telah meninggal dunia, serta merupakan wujud kepatuhan terhadap ajaran agama yang dianut.

Rabu, 18 Oktober 2023

KHM. Masluchan Sholih adalah Kyai Panutan

Kisah KHM. Masluchan Sholih atau pak khan adalah bukti nyata dari ketekunan, keikhlasan, dan pengabdian yang luar biasa terhadap agama dan guru. Beliau merupakan contoh teladan bagi kita semua dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan rasa hormat dan penghargaan kepada guru.

Penulis mengingat keistiqomahan beliau dalam mengaji kitab Syarkhul Hikam dan Kifayatul Akhyar. Beliau tidak pernah melewatkan waktu, bahkan hanya libur jika ada udzur yang benar-benar tidak bisa dihindari, seperti sakit. Hal ini menunjukkan ketekunan dan kecintaan beliau terhadap ilmu dan ibadah.

Pak Khan juga merupakan sumber inspirasi bagi  penulis untuk bersikap sederhana dan ramah terhadap siapapun. Beliau adalah contoh nyata seorang guru yang tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga mengantarkan dan menuntun dengan baik. Penulis melihat semua kualitas ini dalam diri beliau.

Terungkap pula kisah beliau saat masih menjadi santri di Pondok Pesantren Abu Dzarrin Bojonegoro. Saat sholat jamaah, terjadi insiden kelereng yang tumpah dan terjatuh di dalam musholla. Hampir semua santri yang ikut jamaah berhamburan keluar karena ketakutan melihat kemarahan KH. Dimyati Adnan, kecuali satu santri, yaitu Pak Khan.

Pak Khan tetap tinggal di dalam musholla tanpa ikut berlari. Beliau menjadi sasaran amarah KH. Dimyati Adnan dan menerima pukulan kayu menjalin di punggungnya sebagai wujud ta'dzim beliau kepada gurunya. Meskipun merasakan sakit, beliau tetap diam di tempatnya tanpa melawan atau melarikan diri.

Pak Khan adalah sosok yang sederhana, alim, dan ahli dalam dzikir. Beliau dikenal sebagai orang yang ramah, lemah lembut, dan sabar. Beliau adalah santri kesayangan KHM. Dimyati Adnan, dan bagi penulis, beliau adalah guru yang menginspirasi langkah-langkah penulis.

Kisah ini menggambarkan kebesaran akhlak dan kesabaran KH. Masluchan Sholih. Semoga Allah memberikan kebaikan dan akhlak mulia kepada kita semua sebagaimana yang dimiliki oleh beliau. Amin.

Terima kasih atas cerita yang berharga ini, yang diceritakan oleh KH. Zainuddin Bangilan, (teman seperjuangan Pak Khan) ketika penulis masih duduk dibangku diniyah Nurul islam Al-Muniri Kelas 2. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk mengikuti jejak kebaikan dan kebesaran akhlak yang telah ditunjukkan oleh KH. Masluchan Sholih. Amiin…

Kisah Barokahnya Baju bekas KHM. Masluchan Sholih

Di Desa Pelem, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, hiduplah seorang santri bernama Ahmad. Ayah Ahmad adalah sosok yang keras kepala dan enggan melaksanakan ibadah sholat meskipun keluarganya menganjurkannya untuk melakukannya. Suatu hari, Ahmad pulang ke rumah setelah menyelesaikan tahap pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Islam Al Muniri yang dipimpin oleh Romo Yai Masluchan Sholih. Ahmad membawa pulang baju bekas dari Romo Yai tersebut. Baju itu memiliki keistimewaan tersendiri bagi Ahmad, karena Romo Yai Masluchan Sholih adalah seorang yang sangat dihormati dan dijadikan panutan dalam hidupnya.

Ketika ayah Ahmad melihat baju bekas Romo Yai Masluchan Sholih, ia merasa tertarik dan memutuskan untuk mencobanya. Tanpa disangka, sejak saat itu, ayah Ahmad sering mengalami mimpi yang menggambarkan Romo Yai Masluchan Sholih memerintahkan untuk melaksanakan sholat. Mimpi tersebut terjadi berulang kali dan semakin kuat menyeruak ke dalam pikiran ayah Ahmad. Mimpi-mimpi itu membuat ayah Ahmad terus teringat akan pesan-pesan Romo Yai Masluchan Sholih tentang pentingnya menjalankan ibadah sholat sebagai kewajiban seorang Muslim. Dia merasakan panggilan yang kuat dari dalam hatinya untuk mengubah sikapnya dan melaksanakan sholat dengan penuh keikhlasan. Seiring berjalannya waktu, pengaruh baju bekas Romo Yai Masluchan Sholih dan mimpi-mimpi yang mendorongnya untuk sholat, ayah Ahmad mulai berubah. Ia meninggalkan kebiasaan buruknya dan mulai melaksanakan sholat secara rutin. Ayah Ahmad menemukan kedamaian dalam ibadah dan merasakan kehadiran Allah yang memberi kekuatan dan petunjuk dalam hidupnya.

Namun, takdir berkata lain. Ketika ayah Ahmad mulai menikmati hidup barunya yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan, ia jatuh sakit. Meskipun demikian, ia tidak pernah melupakan tanggung jawabnya untuk melaksanakan sholat. Bahkan di tengah rasa sakit yang membelenggu tubuhnya, ia tetap melaksanakan ibadah dengan sepenuh hati dan khusyuk.

Saat ajal menjemput, ayah Ahmad dipanggil oleh Sang Pencipta dalam keadaan khusnul khotimah. Dia pergi dari dunia ini dengan hati yang bersih, menerima keberkahan yang ia dapatkan setelah memakai baju bekas Romo Yai Masluchan Sholih. Perjalanan hidupnya yang penuh perubahan dan taubat telah mengantarkannya kepada kebahagiaan yang abadi.

Kisah ini menjadi pelajaran bagi Ahmad, sang santri yang berdomisili di Desa Pelem. Ia merasa terinspirasi oleh perubahan yang dialami oleh ayahnya. Ahmad berkomitmen untuk mengikuti jejak ayahnya dan melanjutkan perjuangan spiritual yang telah dimulai oleh Romo Yai Masluchan Sholih. Ia bertekad untuk melaksanakan sholat dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, serta berbuat baik dalam kehidupannya sebagai penghormatan kepada ayahnya dan jasa-jasa Romo Yai Masluchan Sholih.

Pondok Pesantren Nurul Islam Al Muniri tetap menjadi tempat di mana pengajaran agama dan nilai-nilai kebaikan ditegakkan dengan kokoh. Kisah ayah Ahmad menjadi warisan berharga yang menginspirasi para santri untuk selalu mengedepankan kebaikan, mematuhi ajaran agama, dan menjalani kehidupan dengan khusnul khotimah seperti yang dicontohkan oleh Romo Yai Masluchan Sholih dan ayah Ahmad.

Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri Gelar Taftisyul Kutub

Dokumentasi : Tim Media Madin Nurul Islam Al-Muniri Ahad, 2 Juni 2024 - Madrasah Diniyah Nurul Islam Al-Muniri menyelenggarakan acara Taftis...